Pernah ada seseorang yang bertanya kepada A’isyah tentang shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjawab
أَلَيْسَ تَقْرَأُ هَذِهِ السُّورَةَ؟ يَا أَيُّهَا
الْمُزَّمِّلُ، إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضَ قِيَامَ اللَّيْلِ
فِي أَوَّلِ هَذِهِ السُّورَةِ، فَقَامَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ حَوْلًا حَتَّى انْتَفَخَتْ
أَقْدَامُهُمْ، وَأَمْسَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَاتِمَتَهَا اثْنَيْ
عَشَرَ شَهْرًا، ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ التَّخْفِيفَ فِي
آخِرِ هَذِهِ السُّورَةِ فَصَارَ قِيَامُ اللَّيْلِ تَطَوُّعًا بَعْدَ أَنْ
كَانَ فَرِيضَةً
Pernahkah anda membaca surat ini (surat Al-Muzammil)?
Sesungguhnya Allah mewajibkan shalat malam seperti di awal surat ini.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya melaksanakan
shalat malam selama setahun, sampai kaki mereka bengkak, dan Allah
tidak turunkan ayat-ayat akhir surat ini selama 12 bulan. Kemudian Allah
menurunkan keringanan untuk shalat malam seperti disebutkan pada akhir
surat ini, sehingga shalat malam hukumnya anjuran, setelah sebelumnya
kewajiban. (HR. Nasai 1601, Ibnu Khuzaimah 1127).Kemudian keterangan lainnya juga terdapat dalam hadis panjang yang menceritakan dialog antara Heraklius dengan Abu Sufyan, ketika dia mendapat surat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan,
“Apa yang diperintahkan nabi itu kepada kalian?”
Jawab Abu Sufyan, yang saat itu sedang berdagang di Syam,
يَقُولُ : اعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا ، وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمْ ؛ وَيَأْمُرُنَا
بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ وَالصِّلَةِ
Nabi itu mengajarkan, “Beribadahlah kepada Allah semata dan
jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, tinggalkan apa yang
menjadi ajaran nenek moyang kalian. Dia memerintahkan kami untuk shalat,
zakat, bersikap jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari 7 dan Muslim 1773)Ketika menjelaskan hadis ini, Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan,
وهو يدل على أن النبي كان أهم ما يأمر به أمته الصلاة ،
كما يأمرهم بالصدق والعفاف ، ، واشتُهر ذلك حتى شاع بين الملل المخالفين له
في دينه ، فإن أبا سفيان كان حين قال ذلك مشركا ، وكان هرقل نصرانيا . ولم
يزل منذ بُعث يأمر بالصدق والعفاف ، ولم يزل يصلي أيضا قبل أن تفرض الصلاة
Kisah ini menunjukkan bahwa perintah terpenting yang diserukan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya adalah shalat, sebagaimana
beliau memerintahkan mereka untuk bersikap jujur, menjaga kehormatan…
Ajaran ini menjadi terkenal hingga tersebar ke berbagai pengikut agama
selain islam. Karena Abu Sufyan ketika dialog itu masih musyrik, dan
Heraklius beragama Nasrani. Dan sejak diutus beliau senantiasa
memerintahkan untuk bersikap jujur dan menjaga kehormatan, beliau juga
senantiasa shalat, sebelum shalat diwajibkan (shalat 5 waktu). (Fathul
Bari Ibn Rajab, 2/303).Sebagian ulama mengatakan, kewajiban shalat pertama kali adalah 2 rakaat di waktu subuh dan 2 rakaat sore hari. Berdasarkan keterangan Qatadah – seorang tabiin, muridnya Anas bin Malik –,
كان بدءُ الصيام أمِروا بثلاثة أيام من كل شهر ، وركعتين غدوة ، وركعتين عشية
Puasa pertama kali yang diperintahkan adalah puasa 3 hari setiap
bulan, dan shalat 2 rakaat di waktu pagi dan 2 rakaat di waktu sore.
(Tafsir At-Thabari, 3/501).Meskipun ada ulama yang menolak keterangan Qatadah ini. Apapun itu, intinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat telah mengenal shalat sebelum peristiwa isra mi’raj.
Kedua, tidak ada keterangan yang jelas tentang tata cara shalat sebelum isra mi’raj.
Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya tentang masalah ini, jawaban beliau,
الذي نعلمه أن الرسول صلى الله عليه وسلم كان يصلي قبل
المعراج في الصباح والمساء بكرة وعشياً، وكيف كان يصلي؟ الله أعلم. ولا شك
أنه كان يصلي إما باجتهاد أو بوحي، إن كان بوحي فهو منسوخ، وإن كان باجتهاد
فقد تبين الشرع
Yang kami tahu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
melaksanakan shalat sebelum peristiwa isra mi’raj, di pagi dan sore
hari. Bagaimana cara beliau shalat? Allahu a’lam, yang jelas beliau
shalat. Bisa jadi tata caranya dengan ijtihad mereka atau berdasarkan
wahyu. Jika tata cara shalat yang beliau kerjakan ketika itu,
berdasarkan wahyu maka statusnya telah mansukh (dihapus) [dengan tata
cara shalat yang saat ini]. Jika berdasarkan ijtihad, syariat telah
menjelaskan tata cara shalat yang benar..(Sumber: http://islamancient.com/play.php?catsmktba=22684)
Hal yang sama juga yang dipesankan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah. Ketika menanggapi pertanyaan semacam ini, majlis fatwa mengatakan,
فلم يرد فيما نعلم نقل صحيح ولا حسن يبين كيفية الصلاة
التي كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصليها قبل الإسراء والمعراج، وليس
وراء العلم بذلك فائدة، فنحن متعبدون بما أمرنا الله تعالى به وما استقر
عليه الشرع بعد تمامه
Yang kami ketahui, tidak terdapat keterangan yang shahih maupun hasan
yang menjelaskan tata cara shalat yang dikerjakan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum persitiwa isra’ mi’raj. Dan tahu
masalah ini tidak memberikan banyak manfaat. Karena kita beribadah
kepada Allah sesuai dengan apa yang Allah perintahkan untuk kita, dan
yang sudah ditetap dalam syariat setelah sempurna. (Fatawa Syabakah
Islamiyah, no. 41207).Ketiga, tentang shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjadi imam nabi-nabi yang lain pada saat peristiwa isra mi’raj. Shalat apakah yang beliau lakukan?
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kejadian isra’ mi’raj, diantara penggalannya,
ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ، فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ
“Kemudian aku masuk masjid (Al-Aqsa) dan aku shalat 2 rakaat.” (HR. Muslim 162).Syaikh Athiyah Shaqr pernah ditanya tentang shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjidil Aqsha, ketika peristiwa isra’. Kemudian beliau membawakan keterangan dari kitab Al-Mawahib Al-Laduniyah dengan syarah Az-Zurqani,
وقد اختُلف في هذه الصلاة، هل هي فرض أو نفل قال بعض
العلماء إنَّها فرْض، بناء على ما قاله النُّعماني، وقال البعض: إنها نفْل،
وإذا قلنا: إنها فرْض، فأي صلاة هي؟ قال بعضهم الأقرب أنها الصبْح،
ويُحتمل أن تكون العشاء
Diperselisihkan tentang shalat ini. apakah shalat wajib ataukah
sunah. Sebagian ulama mengatakan wajib, berdasarkan keterangan
An-Nu’mani, dan sebagian mengatakan, shalat sunah. Jika kita mengatakan
itu wajib, lalu itu shalat apa? Sebagian berpendapat, yang mendekati,
itu shalat subuh, bisa juga shalat isya.. ada yang mengatakan itu
terjadi sebelum mi’raj (naik ke langit) dan ada yang mengatakan terjadi
sesudah mi’raj.Kemudian beliau membawakan keterangan As-Syami,
ليسا بشيء، سواء قلنا صلَّى بهم قبل العروج أم بعده؛ لأن
أول صلاة صلاها النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ من الخَمْس مُطلقًا الظُّهر
بمكة باتفاق، ومن حمل الأوَّليَّة على مكةَ فعليه الدليل
Pendapat-pendapat ini tidak perlu dihiraukan, baik pendapat yang
mengatakan shalat jamaah itu sebelum mi’rajj atau sesudah mi’raj. Karena
shalat wajib 5 waktu yang pertama kali dikerjakan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam secara mutlak adalah shalat zuhur di Mekah dengan
sepakat ulama. Dan siapa yang mengatakan ada shalat wajib pertama
sebelum di Mekah maka dia harus membawakan dalil..Setelah cukup detail membawakan rincian perselisihan, beliau mengakhiri dengan nasehat,
ومهما يكن من شيء فالخلاف في هذا الموضوع ليست له نتيجة عملية
“Apapun itu, perselisihan dalam kasus semacam ini, tidak memiliki manfaat yang bisa diamalkan.”Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/28523